Wajahku Membahayakan Duniaku
Para
wanita tentu sudah tak asing lagi dengan kosmetik pemutih kulit.
Whitening cream adalah salah satu jenis kosmetik yang telah sangat
populer di masyarakat. Akhir-akhir ini, kebanyakan wanita tampak
berlomba-lomba untuk memutihkan kulit mereka mulai dari muka, tangan,
kaki, sampai ketiak. Iklan-iklan di televisi atau media cetak seringkali
membuat kita selalu terngiang bahwa “black is beautiful, but white is
more and more”. Kulit putih sudah menjadi obsesi yang tak jarang membuat
Anda lupa diri, berprinsip tak ada kata mahal, juga tidak waspada
terhadap produk krim pemutih yang beredar di pasaran. Semua usaha
dilakukan untuk mendapatkan kulit yang cling bersinar secara cepat dan
instan meskipun usaha tersebut memberikan efek samping yang berbahaya.
Padahal perlu kita ketahui bahwa sebenarnya cara yang lebih aman dalam
proses pemutihan dan penghalusan kulit itu adalah proses yang bertahap
dan memerlukan waktu lebih lama.
Whitening
cream yang merupakan campuran beberapa bahan kimia memiliki fungsi
untuk menyamarkan noda hitam atau cokelat pada kulit. Krim pemutih dapat
memutihkan kulit karena kandungan kimia dalam krim tersebut dapat
mencegah hiperpigmentasi.
Whitening
cream bisa digolongkan sebagai kosmetik dan obat. Penggolongan tersebut
didasarkan pada tingkat keamanan zat aktifnya. Kosmetik pemutih boleh
diperjualbelikan dengan bebas di pasaran karena kandungan zat aktif di
dalamnya sedikit, sedangkan penggunaan obat pemutih harus disertai
dengan resep dan di bawah pengawasan dokter. Namun dalam kenyataannya,
obat pemutih yang harusnya ditangani oleh dokter ini malah banyak dijual
bebas di pasaran. Bahkan dengan kadar kandungan zat aktif berlebih
untuk mendapatkan hasil yang instan .
Sebenarnya
telah ada standard tertentu mengenai kandungan zat aktif dalam
kosmetik. Misalnya kandungan hidroquinon untuk kosmetik yang bisa dijual
bebas di pasaran hanya diperbolehkan 2% dari netto produk, lebih dari
itu harus diperlakukan sebagai obat. Asam retinoat yang berfungsi dalam
pengelupasan sel-sel kulit hanya boleh dipakai di bawah pengawasan
dokter. Selain kedua zat itu, krim pemutih juga bisa jadi mengandung zat
aktif lain yang perlu diperhatikan “kadar amannya” seperti monobenzil
dan monometil hidrokuinon, asam askorbat, albutin, alantoin, peroksida,
bahkan zat-zat berbahaya seperti merkuri, cloquinol, dan vioform. Semua
bahan itu rata-rata berfungsi sama, yaitu menghilangkan noda hitam,
mencerahkan kulit, dan sekaligus menghaluskannya.
Banyak
pula produsen produk kecantikan kelas dunia menawarkan bahan kimia
tertentu untuk mengelupas kulit (peeling) seperti glycolic acid,
polyacrylamide gel, natural active lipids, Lipid ESUP-A, Cell-therapy,
Cryo-Stem (memakai sel tunas sapi yang dibiakkan dan ditanamkan ke
kulit), krim berisi hormon progesteron atau DHEA, glycosaminoglycans,
terapi ozon, terapi oksigen, serta collagen replacement, selain terapi
aroma dan terapi Chalazion. Demi keamanan, Anda wajib berhati-hati dalam
menggunakan semua itu sesuai dengan takaran yang diperbolehkan.
Bahan kimia tentu saja dapat memberikan efek samping jika
penggunaannya tidak sesuai dengan takaran yang disarankan, misalnya
untuk kasus pemutih yang mengandung hidroquinon . Hidroquinon pada
pemutih bekerja sebagai penghalang pengeluaran melanin oleh melanosit di
dalam epidermis dan menyebabkan penebalan gentian kolagen. Melanin
adalah pigmen. Orang yang berkulit lebih hitam memiliki melanin yang
lebih banyak. Fungsi melanin tersebut ialah sebagai pelindung kulit
manusia dari sinar UV, karena sinar UV dapat diserap oleh melanin. Kulit
dengan jumlah melanin yang sangat sedikit memiliki resiko lebih besar
untuk terkena kanker kulit. Anda bisa menerka apa efek samping pemakaian
hidroquinon pada kulit dalam jangka waktu yang lama, bukan? Pemakaian
hidroquinon lebih dari 2% dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar
pada kulit. Jika dihentikan, kulit akan kembali seperti semula, bahkan
bisa lebih buruk.
Bahaya semacam itu
tak hanya ditemui dalam pemutih ber-hidroquinon. Salah satu zat aktif
whitening cream lain yang sangat berbahaya adalah merkuri. Merkuri
anorganik dalam krim pemutih bisa menimbulkan keracunan bila digunakan
dalam waktu lama. Hal ini dikarenakan merkuri itu sendiri yang
sebetulnya adalah bahan yang terkandung dalam baterai untuk sumber
tenaga telepon genggam, walkman, dan lain-lain. Coba Anda bayangkan,
jika Anda memakai produk bermerkuri. Bukankah Anda seolah sama dengan
barang elektronik?
Gejala keracunan
merkuri akibat pemakaian krim pemutih muncul sebagai gangguan sistem
saraf. Diantaranya adalah tremor, insomnia, kepikunan, gangguan
penglihatan, gerakan tangan abnormal (ataxia), serta gangguan emosi.
Selain gejala-gejala yang tampak tersebut, logam berat seperti merkuri
dapat mendenaturasi protein dalam tubuh (terutama protein yang
mengandung asam amino sistein), terakumulasi di dalam tubuh/susah
dikeluarkan, merusak sistem enzim, dan menimbun racun di dalam tubuh.
Kasus
keracunan merkuri seringkali salah didiagnosis sebagai kasus alzheimer,
parkinson, atau penyakit gangguan otak lainnya . Mekanismenya seperti
ini : pada kulit kita banyak sekali terdapat pori, setiap pori tersebut
terhubung dengan pembuluh darah. Krim yang dioleskan ke permukaan kulit
tentu saja akan masuk juga ke pori-pori, selanjutnya terbawa masuk ke
pembuluh darah dan akhirnya bisa menyebabkan gangguan sistem saraf,
ginjal, serta organ tubuh lainnya. Setelah pemakaian bertahun-tahun,
merkuri dapat mengendap di bawah kulit sehingga kulit akan menjadi biru
kehitaman. Hal ini dapat berujung pada kanker.
Pada
dasarnya, dalam jangka waktu lama krim pemutih memang dapat
menghilangkan atau mengurangi hiperpigmentasi pada kulit. Dengan
berkurangnya hiperpigmentasi, kulit akan terlihat lebih putih. Zat
pengubah pigmen semacam ini tentu dapat menimbulkan dampak di kemudian
hari, sebab ada proses fisiologis normal yaitu pembentukan pigmen yang
diganggu. Penggunaan terus-menerus justru malah akan menimbulkan
pigmentasi dengan efek permanen. Akhirnya, kulit bisa menjadi lebih
hitam daripada sebelumnya. Rata-rata semua pemutih instan akan
menimbulkan efek rebound saat pemakaian dihentikan, yaitu memberikan
respon yang berlawanan. Pada awalnya memang terlihat bagus (dalam
beberapa hari saja, kulit Anda menjadi lebih mulus, kenyal, dan lebih
putih), akan tetapi saat pemakaian dihentikan kulit akan menjadi gelap
dan dapat timbul flek-flek atau kulit menjadi merah seperti udang rebus,
kasar, bahkan mengelupas seperti kulit ular.
Sebenarnya
sah-sah saja jika Anda memang ingin putih, tetapi tentu saja Anda harus
memperhatikan segi keamanan dan kesehatan. Berikut ini beberapa cara
sehat untuk menjadi putih :
-
Pilihlah cara tradisional, misalnya lulur bengkoang yang telah lama
dipercaya mampu memutihkan dan membersihkan kulit. Anda juga bisa
memakai labu dan mentimun yang dijus dan dioleskan ke kulit karena labu
dan mentimun kaya akan vitamin, lemak, dan mineral yang dapat meredam
bercak kemerahan pada kulit karena sengatan matahari, melembabkan,
sekaligus memutihkan kulit.
-
Pilihlah produk pemutih berbahan dasar alami seperti white mulbery,
arbutin, licorice, kojic acid, α-hydroxy acid, dan β-hydroxy acid.
-
Teliti sebelum membeli. Perhatikan kemasan, nomor registrasi, nama
produsen, peringatan efek samping, informasi produk lengkap, dan tanggal
kadaluarsa.
- Pilih bahan pemutih
yang mengandung tabir surya dengan SPF (Sun Protecting Factor) minimal
15 untuk menghambat pembentukan kembali pigmen melanin yang disebabkan
oleh paparan sinar matahari. Semakin besar SPF-nya, semakin baik untuk
digunakan.
- Konsultasikan ke dokter sebelum memakai (obat) krim pemutih wajah.
-
Rawatlah kulit Anda dengan cara banyak meminum air putih, mengonsumsi
buah-buahan, olahraga teratur, dan tidur yang cukup. Dengan cara ini,
kulit Anda akan tampak sehat dan segar .
Sumber:web ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar