Sebagai
pemuda yang memiliki kewarganegaraan Indonesia, tentu saja kita sangat
mendambakan sosok yang ideal untuk pemimpin bangsa yang tercinta ini. Mungkin
sejak setelah zaman penjajahan, pemimpin ideal yang di cita-citakan bangsa
belum sepenuhnya terwujud. Artinya pemimpin bangsa yang sudah bertahun-tahun
ini menjabat silih berganti di Indonesia sudah merupakan pemimpin yang baik
namun mungkin masih terdapat kekurangan yang di rasa tidak sejalan dengan
pemikiran masyarakat.
Setiap
masyarakat di Indonesia mengharapkan Indonesia kelak memiliki pemimpin ideal
yang Pro rakyat. Kriteria pemimpin ideal untuk setiap orang memang berbeda,
Namun seyogyanya pemimpin Indonesia yang akan menjabat tahun ini memiliki sifat
Pancasila sila pertama, mempuyai sifat nasionalisme tinggi, kharismatik,
bersifat visioner, memiliki wawasan nusantara, kreatif dan inovatif, kritis dan
solutif, memiliki kecerdasaan tinggi dan disiplin, bertanggung jawab, adil dan
rela berkorban terhadap rakyat. Meskipun tiap-tiap pribadi orang tidak mungkin
memiliki 100% dari sifat ini, tetapi mudah-mudahkan pemimpin kita selanjutnya
memiliki 95% dari sifat ideal yang harus di miliki pemimpin kita kelak ini.
Lalu
seperti apakah sebenarnya peran kita sebagai generasi muda agar bangsa yang
tercinta ini dapat memiliki sosok pemimpin yang telah di idamkan rakyat? Yah, kita adalah generasi penerus yang akan
menahkodai perjalanan panjang bangsa.
Maka sebagai agent of change kita harus lebih kritis untuk menilai
tiap-tiap calon yang akan menjabat sebagai orang nomor satu dari negara kita.
Kritis
saja terhadap siapa calon-calon pemimpin bangsa tidaklah terlalu penting, yang
penting adalah bagaimana menerapkan sikap kita untuk membawa perubahan
kepemimpinan untuk bangsa kita. Setidaknya sebagai pemuda kita harus ikut andil
dalam memilih pemimpin kita. Tidak hanya berkomentar “ba bi bu” terentang
tiap-tiap calon pemimpin tapi juga tidak apatis dalam pesta demokrasi kita yang
akan di selenggarakan pada tanggal 9 April 2014 ini.
Rata-rata
para pemuda di Indonesia ini saat pesta demokrasi tidak berada dalam kota domisili
masing-masing. Hal ini disebabkan para pemuda di usia ini biasanya memiliki KTP
yang berbeda dengan tempat rantaunya, baik mereka yang berstatus mahasiswa,
pelajar maupun yang sudah berstatus
sebagai buruh atau pegawai. Kebanyakan dari pemuda dengan kriteria ini biasanya mengabaikan hak pilihnya untuk ikut
andil dalam memilih pemimpin yang ideal untuk bangsa kita.
Sikap
kita sebagai generasi muda yang tidak
apatis seharusnya ikut mengurus A5 dari daerah asal untuk bisa
tetap memilih di tempat tinggal kita sekarang. Atau bahkan lebih ada kemudahan lagi untuk memilih
pemimpin bangsa kita yaitu dengan hanya menyertakan KTP dan kartu tanda mahasiswa atau kartu
pelajar dan sejenisnya kepada RT setempat untuk tetap dapat memperoleh hak
pilihnya.
Namun
kenyataanya sebagian besar dari pemuda ternyata kehilangan kepercayaan terhadap
calon-calon pemimpin bangsa kita. Para pemuda
ini berkaca pada pemimpin bangsa yang lalu yang selalu menjanjikan
kemanisan terhadap rakyat namun pada akhirnya janji itu selalu terlupakan oleh
pemimpin kita. Hal ini bukanlah solusi
untuk menyelesaikan permasalahan bangsa kita. Justru jika kita merasa
pemimpin kita dahulu ada yang kurang
pas dihati. Bukan golput solusi kita.
Para
pemuda bangsa yang baik dan kritis harus menggunakan kesempatan hak pilihnya
ini untuk benar-benar memilih pemimpin yang baik untuk bangsa ini. Kita juga tak boleh hanya sekadar memilih
calon pemimpin dengan berdasar money
politic. Kita harus pandai memilah
dan menilai kedepanya tentang mana kira-kira pemimpin yang tepat untuk negara
kita.
Sumber: http://www.pewarta-indonesia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar